66 Persen Kurir dan Pengemudi Ojol Ingin Kerja Kantoran, Ternyata Ini Alasannya
Di sisi lain, agenda penciptaan lapangan kerja di sektor formal harus menjadi prioritas sehingga menjadi pengemudi ojol bukan satu-satunya pilihan pekerjaan bagi masyarakat kelas bawah.
"Banyak pengemudi ojek online yang meninggalkan pekerjaan sebelumnya karena iming-iming penghasilan tambahan yang menarik. Namun sebagian besar kini menyesal. Sebab, penghasilan mereka kini terjun bebas," ungkapnya.
Menurut penelitiannya, ada tiga faktor yang membuat para pengemudi ojek online ini ingin meninggalkan pekerjaannya.
Pertama, penghasilan para driver sudah merosot, bahkan sebelum pandemi Covid-19 sehingga skema bonus harian yang ditawarkan aplikasi tidak lagi seatraktif di awal kehadirannya.
Demi mencapai pertumbuhan secepat mungkin, di fase awal perusahaan platform membakar uang untuk merekrut pengemudi.
Namun, saat aplikasi sudah tumbuh makin besar, skema bonus perlahan dikurangi dan dipersulit sehingga hanya sedikit pekerja yang bisa mendapatkannya.
Kedua, makin banyaknya pengemudi yang bergabung ke dalam aplikasi sehingga pengemudi merasa bersaing satu sama lain. Oleh karena itu, banyak pengemudi yang bekerja tanpa kenal waktu agar mendapatkan penghasilan yang besar.
“Mereka rata-rata bekerja 54 jam per minggu. Sebagai perbandingan, di Inggris hanya delapan persen pekerja berbasis aplikasi yang bekerja lebih dari 35 jam per pekan,” jelasnya.