70 Tahun Sarihusada Tunjukkan Komitmennya Berikan Nutrisi untuk Anak Bangsa
jpnn.com, JAKARTA - Sarihusada Generasi Mahardika (SGM) hari ini merayakan 70 tahun perjalanannya memberikan nutrisi terbaik untuk anak-anak Indonesia.
Perjalanan ini diawali dengan berdirinya NV Saridele pada 1954, sebagai jawaban atas tantangan mengalami kelaparan dan permasalahan gizi yang dialami Indonesia pasca-kemerdekaan, berdirinya NV Saridele diinisiasi oleh pemerintah Indonesia dan PBB.
Seiring perkembangannya, NV Saridele berubah nama menjadi Sarihusada yang kini dikenal luas masyarakat melalui produk SGM yang terus berinovasi menghadirkan produk berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau.
Sejak 1954 hingga hari ini, Sarihusada terus menunjukkan komitmennya untuk menutrisi anak Indonesia lewat produk yang terus berinovasi dan pengembangan program yang mengedukasi.
Dosen Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada Dr. Sri Margana menjelaskan bagaimana keadaan Indonesia pasca kemerdekaan dan bagaimana pemerintah mengambil langkah mengatasi masalah gizi.
“Kondisi masyarakat Indonesia di awal kemerdekaan cukup memprihatinkan, kemiskinan dan kelaparan masih banyak ditemukan di Jawa, tidak jarang masyarakat makannya bongkol pisang, juga ketela pohon, apa saja yang bisa dimakan di masa itu. Hingga akhirnya di tahun 1950 didirikan Lembaga Makanan Rakyat untuk membantu masyarakat mengakses makanan yang sehat,” papar Sri Margana.
Pemerintah Indonesia terus berusaha meningkatkan sumber daya manusia di bidang kesehatan, mulai dari mendirikan fakultas kedokteran hingga mendapat bantuan tenaga ahli. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan tenaga ahli di bidang kesehatan, pemerintah Indonesia mulai menggagas pendirian pabrik susu pertama untuk atasi masalah nutrisi di masyarakat, terutama anak Indonesia.
Putri Keempat Sri Sultan Hamengkubuwono X Gusti Kanjeng Ratu Hayu menjelaskan pada 1955, Hamengkubuwono IX menyediakan lahan untuk keberadaan pabrik NV Saridele, pertimbangannya adalah saat itu Yogyakarta memiliki pasokan dan kualitas kedelai yang cukup.