ABG Penampar Prajurit Israel Jadi Simbol Perlawanan
jpnn.com, TEPI BARAT - Gadis berambut cokelat itu bernama Ahed Tamimi. Sejak masih anak-anak, dia sudah sering berhadapan dengan tentara Israel. Tapi, aksi nekatnya menampar serdadu Israel sekitar dua pekan lalu membuat mata dunia tertuju kepadanya.
”Kami ingin membebaskan Palestina. Kami ingin hidup sebagai orang bebas. Para serdadu itu berada di sini hanya untuk melindungi para pemukim (Yahudi) dan mencegah kami mendekat ke tanah kami,” kata Ahed seperti ditulis Harriet Sherwood dalam kolomnya di The Guardian kemarin, Rabu (3/1).
Jawaban itu meluncur dari mulut Ahed saat Sherwood bertanya tentang alasannya nekat melawan tentara Israel.
Namun, dialog tersebut tidak terjadi dalam kurun waktu dua pekan terakhir. Percakapan itu terjadi saat Ahed masih berusia 12 tahun. Atau sekitar empat tahun lalu.
Memang, sebelum memasuki remaja pun, putri Bassem Tamimi itu sudah sering berkonfrontasi dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Bahkan, pada 2012, fotonya yang mengepalkan tangan ke arah personel IDF sempat melahirkan kehebohan.
Tinggal di Desa Nabi Salih, Tepi Barat, Palestina, Ahed mau tak mau harus akrab dengan kekerasan dan perlawanan. Kekerasan para personel IDF terhadap warga desanya dan perlawanan orang-orang di sekitarnya terhadap militer Israel.
Apalagi, orang tuanya, Tamimi dan Nariman, termasuk aktivis. Di desa yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Kota Ramallah itu, unjuk rasa anti-Israel berlangsung tiap pekan.
Karena terbiasa dengan pemandangan unjuk rasa dan penjagaan ketat personel IDF bersenjata lengkap selama sekitar satu dekade terakhir, Ahed pun tidak mengenal rasa takut.