ABG Penampar Prajurit Israel Jadi Simbol Perlawanan
Dia juga tidak pernah menyesal telah melakukan kekerasan terhadap personel IDF sebagaimana terekam dalam video sepupunya, Nour, itu. Bagi dia, melawan tentara, menyuarakan aspirasi, dan menuntut hak adalah aktivitas yang normal.
Maka, Ahed pun tak menyangka bahwa ulahnya pada 19 Desember berbuntut panjang. Dia ditangkap, kemudian ditahan di kantor polisi.
Selama dua pekan terakhir, tentu saja, dia menjalani interogasi. Di mata Israel, Ahed adalah pelaku kriminal. Tapi, di mata Palestina, Ahed adalah pahlawan. Jika Israel bermaksud membungkam Ahed dengan memenjarakannya, cara itu tidak akan berhasil.
”Sekarang mari kita lihat latar belakangnya. Tentara-tentara itu setiap hari parkir di tanah milik keluarga besar Tamimi. Militer Israel juga telah melakukan banyak kekejian di sana. Termasuk membunuh beberapa anggota keluarga Tamimi. Dan, Ahed hanya mereaksi semua itu,” papar Hiba Khan, jurnalis senior The Independent.
Dia menambahkan bahwa tamparan Ahed tidak sebanding dengan semprotan gas air mata, aksi pemecahan kaca jendela, maupun penembakan yang dialami Ahed dan keluarga besarnya.
Kemarin Khan menggugat masyarakat internasional yang memperlakukan Ahed dengan sangat tidak adil. Dengan tidak membela Ahed, menurut dia, dunia telah berlaku tidak adil kepada Palestina.
”Nelson Mandela pernah berkata bahwa kemerdekaan umat manusia tidaklah lengkap tanpa kemerdekaan Palestina. Dan, dengan tidak ikut menyuarakan aspirasi Ahed, dunia telah mengabaikan kemerdekaan Palestina. Juga, kemerdekaan seluruh umat manusia,” ungkap Khan.
Saat seorang gadis remaja dengan tangan kosong menampar serdadu bersenjata lengkap, tidak seharusnya dunia diam saja. Apalagi, gadis itu lantas dihadapkan pada 12 dakwaan kriminal terkait aksinya.