Abraham: Pemerintah Perlu Fasilitasi Link and Match BUMDes Dengan Pengusaha
“Jadi bukan hanya buka toko dan bikin desa wisata, tapi juga pusat distribusi ekonomi desa,” kata Budi.
Ia melihat paradigm BUMDes harus diubah agar tidak dikelola asal-asalan. BUMDes bukan program rugi, tetapi harus dianggap sebagai investasi dana desa. Desa mengeluarkan anggaran untuk BUMDes bukan uang hilang, tetapi penyertaan modal.
Ketua Relawan Pro Jokowi (Projo ini) juga mengatakan pentingnya peran anak muda dalam pengelolaan BUMDes dan berkembangnya desa. Desa yang anak mudanya banyak, pasti berbeda dengan yang anak mudanya sedikit.
“Jika desa banyak anak mudanya, desa itu akan lebih berkembang. Pengelolaan BUMDes juga akan lebih kreatif dan inovatif, entah marketing maupun packagingnya. Jika yang mengelola anak muda pasti akan lebih kreatif dan inovatif. Kami mendorong anak muda masuk di usaha-usaha seperti itu,” tegas Budi.
Sebelumnya, Abraham memfasilitasi yayasan Tanaoba Lais Manekat (TLM) Nusa Tenggara Timur (NTT) menemui Budi Arie Setiadi di Jakarta, Selasa (3/3). Rombongan LTM dipimpin Direktur Eksekutif Rozali Hussein dan Kepala Program Fredy Frans. Abraham sendiri sebagai Pembina TLM. Yayasan LTM sudah berperan selama 26 tahun dalam pembinaan dan peningkatan kualitas BUMDes di NTT.
Pada pertemuan itu, yayasan TLM mengundang Menteri Desa atau Wamendes untuk hadir pada peresmian Forum Komunikasi Desa (Forkomdes) NTT. Budi menyanggupi akan hadir pada bulan Mei 2020 mendatang.
Budi mengapresiasi TLM yang telah mendampingi kerja-kerja BUMDes di NTT. Dia menilai tugas TLM sangat penting dalam pemberdayaan dan menumbuhkan jiwa wiraswata atau enterpreuner di lembaga BUMDes.(ikl/JPNN)