Ada Dua Klaster Baru Covid-19 di Jabar
"Jadi kalau data daerah belum lengkap cara kita merespons juga kurang optimal. Karena data Jabar ini akumulasi 27 daerah maka saya minta daerah melaporkan data secara cepat dan transparan," katanya.
Gubernur juga meminta daerah untuk meningkatkan sistem pelacakan. Sebab kunci penanganan COVID-19 adalah pelacakan, pengetesan dan isolasi.
"Partisipasi menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah kunci dari pengendalian COVID-19 sehingga kesiapan-kesiapan tes di daerah juga harus diperkuat, khususnya dengan tes PCR yang targetnya minimal 10 ribu sampai 15 ribu PCR tes per pekan," katanya.
GTPP Jabar dan 27 kabupaten/kota juga akan memperkuat kampanye di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Hal ini mengingat masih banyak masyarakat yang menganggap AKB adalah kehidupan normal seperti sebelum ada COVID-19.
"Jadi dua pekan ke depan edukasi dalam bentuk video, iklan dan lainnya harus ditingkatkan di level kota/kabupaten dan provinsi terkait AKB ini," katanya.
Gubernur menegaskan bahwa Jabar saat ini masih melaksanakan PSBB yakni PSBB proporsional di Bodebek dan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) di kawasan non Bodebek.
GTPP juga telah menambah satu lagi tipe tempat rawan COVID-19 yang harus diwaspadai yaitu asrama. Sebelumnya tempat rawan yang jadi bidikan hanya pasar, tempat wisata dan stasiun/ terminal. Untuk itu, dalam dua pekan mendatang GTPP akan fokus juga melakuan pengetesan di asrama-asrama pendidikan.
"Tempat rawan saya tambahi satu tipe dari yang sebelumnya yaitu pasar, tempat wisata, stasiun/ terminal kini ditambah tempat berasrama yang akan menjadi pusat perhatian kita dalam pengetesan dalam dua pekan ke depan," katanya.