Adaptasi Karakter Power Ranger Jadi Superhero Lokal
Shani punya impian, melalui Nusantaranger, orang-orang bisa memiliki pengetahuan lebih luas soal Indonesia. Misalnya, Jawa tidak hanya identik dengan badak jawa, tetapi ada hewan lain yang juga terancam punah, yaitu elang jawa.
Sebenarnya konsep seperti itu ada sejak 2008, tetapi baru menjadi bentuk karakter Nusantaranger pada 2013. Supaya ide tersebut tidak menguap begitu saja, Shani melempar konsep ke Twitter. ’’Saya kaget juga. Soalnya, feedback-nya cukup banyak,’’ tuturnya.
Ibarat bola salju, ide itu terus menggelinding makin besar. Dia yakin lima jagoan Nusantaranger tersebut akan terwujud. Hanya, saat itu Shani maupun Tamalia tidak bisa menggambar dengan baik.
Lantas, dicarilah anak-anak yang ’’pakar’’ di bidang masing-masing. Maka, bergabunglah Sweta Kartika (ilustrator), Bisri Mustova (konsultan visual dan web designer), Hendranto Sastro (merchandise), Indra Arista (project manager), serta Keinesasih (penulis). ’’Kami langsung melakukan riset, baca buku, terus blusukan ke museum-museum,’’ terangnya.
Mereka perlu melakukan riset agar karakter yang dilekatkan ke masing-masing tokoh jadi kuat. Termasuk, gaya bicara masing-masing tokoh harus disesuaikan karena mereka mewakili pulau yang berbeda. Menurut mereka, dialek masing-masing tokoh itu penting sebagai ciri khas.
’’Misalnya, saya riset ke Pekanbaru untuk mengetahui cara warga setempat berbicara,’’ jelas Sweta Kartika.
Riset-riset itu terbukti sangat bermanfaat untuk menandai setiap tokoh superhero ciptaan Shani dkk tersebut. Banyak ucapan populer lokal yang dipakai dalam komik.
Mereka harus bekerja keras agar mampu merilisnya sesuai target, 10 November 2013. Apalagi saat itu serial Bima Satria Garuda di salah satu televisi swasta baru saja tamat. Momentum itulah yang dimanfaatkan kelompok tersebut untuk memunculkan komik Nusantaranger.