Adaptasi Karakter Power Ranger Jadi Superhero Lokal
Secara garis besar, komik itu menceritakan lima pemuda yang memberantas kejahatan. Tokoh-tokoh protagonis dipimpin Pandita, sedangkan musuhnya adalah Kelana, si penguasa lautan. Kelana ingin menguasai bumi secara utuh. Namun, Pandita menganggap bumi adalah milik semua orang. Dia pun bersikeras mempertahankannya.
Menariknya, komik itu tidak diwujudkan fisik buku. Tetapi, komik online yang bisa diakses di website Nusantaranger secara gratis. Sudah sembilan bulan ini mereka konsisten menerbitkan komik itu dua kali per bulan.
Meski gratis, mereka mengaku tidak rugi. Sebab, mereka untung dari penjualan merchandise. Menurut Sweta, cara yang ditempuh itu lebih menguntungkan daripada menjual buku secara fisik yang royaltinya tidak terlalu besar.
’’Komik itu kami terbitkan setiap tanggal 1 dan 15. Saking banyaknya yang mengakses, kadang website kami mengalami crash. Sampai saat ini, web hit Nusantaranger mencapai 6,5 juta,’’ jelas lulusan Desain Komunikasi Visual ITB tersebut.
Sweta yang selama ini dikenal sebagai komikus itu sebenarnya sempat pesimistis atas ide Shani tersebut. Terutama soal keputusan mereka membuat superhero yang ’’mengopi’’ Super Sentai, serial pahlawan dari Jepang yang diadaptasi Amerika menjadi Power Ranger.
Pria kelahiran Kebumen, 14 April 1986, itu menambahkan, soal kadar kelokalan tersebut, mereka sengaja menguatkan branding nama Jagawana. Itu adalah julukan bagi penggemar Nusantaranger. Kini sudah banyak berdiri Jagawana-Jagawana di berbagai kota. Hal tersebut membuktikan bahwa superhero lokal itu diterima penggemar komik di Indonesia.
Pernyataan Sweta tersebut bukan isapan jempol. Sebab, selama penyelenggaraan Popcon Asia, 19–21 September lalu, stan Nusantaranger dikerubungi banyak pengunjung yang sebagian adalah Jagawana dari daerah. Mereka memborong pernak-pernik aksesori Nusantaranger seperti gantungan kunci, pin, kaus, hingga poster.
Melihat sambutan positif itu, Sweta makin percaya diri untuk mengembangkan Nusantaranger lebih lanjut. ”Aslinya komik ini untuk anak kecil. Tapi, karena komik online-nya susah diakses anak-anak, akhirnya ada pergeseran penggemar. Justru orang-orang dewasa angkatan 90-an yang kini jadi prioritas pasar kami,” tuturnya.