Agar Wujud Bulog Tidak Ka'Adamihi
Senin, 26 Maret 2012 – 01:11 WIB
Peralatan pertanian itu begitu mendesaknya sekarang ini. Di Bantul saya menerima permintaan perlunya diberikan alat pemanen, perontok, dan pengering gabah. Di Jombang saya menerima permintaan agar ada program pembuatan hamparan penjemuran gabah. Mesin perontok dan pengering yang mulai diintroduksi tahun-tahun terakhir ini dinilai tidak cocok karena berbahan bakar minyak. Terlalu mahal biaya operasionalnya. Ada memang mesin perontok mekanis yang diputar orang seperti naik sepeda statis, tapi petani maunya yang tinggal pijit tombol.
Dalam berbagai kesempatan dialog di lingkungan perguruan tinggi, soal itu saya kemukakan. Perlu diciptakan mesin-mesin pertanian sederhana yang cocok untuk petani kita. Sewaktu dialog dengan alumni Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang di Jakarta bulan lalu saya tawarkan peluang besar itu. Demikian juga waktu dialog dengan mahasiswa ITB Bandung.
Di Bantul saya sudah mencoba panen dengan menggunakan mesin yang bentuknya mirip dengan traktor. Hanya dalam dua jam bisa memanen padi satu hektare (ha). Enak sekali dan cepat sekali. Padi pun otomatis masuk di kendaraan itu dan keluar di bagian belakangnya sudah dalam keadaan terpisah antara batang dan gabahnya. Dengan cara tersebut, hampir tidak ada gabah yang tercecer. Beda sekali dengan masa remaja saya di desa ketika harus jadi buruh pemanen dengan menggunakan ani-ani.