Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ahli Paru: Tradisi dan Budaya Merokok Harus Diubah

Selasa, 14 Juni 2022 – 19:18 WIB
Ahli Paru: Tradisi dan Budaya Merokok Harus Diubah - JPNN.COM
Produk rokok. Foto ilustrasi: dok Bea Cukai

Sebagai solusi utama, Rudy mengingatkan hal penting bagi masyarakat yang ingin sekali berhenti merokok adalah menciptakan kondisi lingkungan yang sehat dengan memulainya dari niat dan berkonsultasi kepada dokter.

"Juga menghindari stres, berolahraga rutin, dan pola makan serta pola istirahat yang baik bagi tubuh sekaligus berdoa kepada Yang Maha Kuasa," kata Rudy.

Rudy mengatakan perokok di tanah air harus menjadi perhatian karena data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat jumlah perokok di atas 15 tahun sebanyak 33,8 persen. Dari jumlah tersebut 62,9 persen merupakan perokok laki-laki dan 4,8 persen perokok perempuan.

Dokter Rudy juga menjawab tentang adakah sisi positif dengan merokok? Menurut dia, hal positif merokok hanya sejumlah 0,000001 persen, yaitu timbulnya efek relaksasi (perasaan tenang yang semu) pada saat mengisapnya.

Baca Juga: Permintaan Pak Najamuddin Tegas, Tinjau Ulang Penghapusan Honorer

Namun, pada dasarnya hal tersebut merupakan pemenuhan kecanduan nikotin yang sudah ada dan terus mengirimkan "sinyal terpenuhi" dalam tubuh perokok.

"Tradisi dan budaya merokok harus diubah untuk mengurangi dampak negatif dari rokok dan mengutamakan kemaslahatan masyarakat," tutur Rudy.

Jika dilihat dari karakteristik dan perilakunya, kata dia, upaya untuk mengatasi masalah rokok di Indonesia harus melalui berbagai pendekatan, baik budaya, kesehatan, ekonomi, regulasi dan komunikasi.

Ahli paru dari Siloam Hospitals dr. Rudy Irawan menyebut tradisi dan budaya merokok harus diubah, karena jumlah perokok di Indonesia tertinggi di ASEAN.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close