Ahli Sebut Tak Semua Makanan Ultra Proses Buruk, Ada juga yang Bermanfaat
Sejumlah ahli gizi, mengingatkan bahwa tidak semua pemrosesan makanan itu buruk. Misal, pengolahan susu menjadi yogurt atau gandum yang diolah menjadi roti merupakan contoh pemrosesan makanan sederhana yang tetap memiliki kandungan gizi.
"UPF juga dapat diperkaya dengan micronutrients dan asam amino yang dapat dikonsumsi tubuh dengan mudah. Proses ini juga lazim dikenal dengan proses fortifikasi," katanya.
Peneliti PRTPP Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ardiba Rakhmi Sefrienda mengatakan ada kemungkinan zat gizi yang terkandung dalam pangan tersebut hilang atau rusak pada saat proses pembuatan atau pengolahan.
Namun, ada juga yang memiliki kandungan gizi yang minim dari makanan tersebut.
“Untuk itu perlu fortifikasi, untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas gizi makanan pada total asupan konsumsi pada kelompok, komunitas, atau populasi tertentu," papar Ardiba.
Menurut dia, ada banyak bahan pangan yang dapat difortifikasi. Terutama, lanjut dia, bahan-bahan pangan utama seperti garam, susu, beras, margarin, dan mie instan. Dia melanjutkan, fortifikasi tersebut tidak mengubah warna maupun rasa pada produknya. Oleh karena itu, dapat membantu perbaikan gizi ke masyarakat.
Bubur bayi (MPASI komersial) juga diperkaya (fortifikasi) dengan zat besi dan mikronutrien lainnya sesuai standar WHO dan BPOM serta tidak mengandung pengawet atau bahan berbahaya. Disamping itu, MPASI komersial juga menawarkan kepraktisan dan memiliki kandungan gizi lengkap dan seimbang.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan Global Nutrition Report (GNR) 2018, Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami beban ganda malnutrisi. Untuk memperbaiki masalah gizi tersebut, pemerintah melakukan fortifikasi pada sejumlah pangan di Indonesia.