AI di Ngawi
Oleh Dahlan IskanSi caleg, kata Tomy yang juga lagi nyaleg, memang peternak kambing yang sukses.
Cah Angon sendiri alumnus arsitek Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja. Sama seperti Tomy. Yang jadi ketua alumninya. Dengan jumlah anggota lebih 1.000 orang. Nama UII top di Ngawi.
Ternyata ada juga anak SMA di pelosok ini. Yang tahu apa itu AI. Padahal saya tidak memberikan kisi-kisi tentang kepanjangannya. Milenial betul-betul tidak boleh dianggap enteng. Pun di pelosok-pelosok.
Untung saya tidak sok ceramah pagi itu. Bisa-bisa isi ceramah saya dianggap sudah tidak ada yang baru.
Pertanyaan siswa pun berat-berat: apakah guru AI nanti juga punya perasaan. Kan AI bukan manusia.
Saya tidak ahli AI (artificial intelligence). Saya tidak bisa menjawabnya. Hanya saya ceritakan sedikit. Bahwa perasaan itu bisa dirumuskan unsur-unsurnya. Yang mungkin terdiri dari ribuan unsur.
Atau ratusan ribu. Mewujud dalam big data. AI akan bisa memproses big data itu dengan cepat.
Kemenangan AI saat melawan juara catur adalah contohnya. Bagaimana rahasia dan taktik lawan main caturnya dirumuskan. Menjadi big data. Lalu diproses oleh AI. Dianalisis. Ke mana langkah lawan caturnya itu.