Airlangga Hartarto Mesti Cermat Sikapi Dinamika Internal KIB dan Golkar
“Jadi, kalau pun sekarang muncul, dari tiga partai itu, peraih suara tertinggi kan Golkar. Mau tak mau, biasanya partai yang lebih banyak yang mengajukan sebagai calon," tambahnya.
Sementara itu, Khoirul Umam mengatakan, dinamika di internal Partai Golkar masih sangat kuat, sehingga berpotensi mengancam masa depan kepemimpinan Ketua Umum Airlangga Hartarto termasuk juga konstelasi politik di KIB.
“Golkar merupakan partai politik yang dihuni oleh berbagai macam gerbong kekuatan politik yang tidak tunggal. Akibatnya, masing-masing kekuatan akan saling mengintai dan saling serang,“ tegas Umam.
Dia mencontohkan pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menegaskan Airlangga adalah capres pilihan dari Partai Golkar. Namun, menurut Umam, ucapannya ini bisa mengunci Airlangga.
“Dalam konteks ini, statemen Bamsoet tentang pencapresan Airlangga ini merupakan strategi untuk mengunci langkah Airlangga yang sebenarnya sedang menjalankan "time buying strategy" untuk menantikan dinamika hubungan Istana Presiden & PDIP dalam mencapreskan Ganjar Pranowo,” ungkap Umam.
Bamsoet, kata dia, melihat bahwa kubu Airlangga dan KIB yang mulai menarasikan pencapresan dan pencawapresan dari internal partai. Jika pencapresan Airlangga dipaksakan, hal itu akan berdampak pada soliditas KIB sendiri.
Sebab, lanjut Umam, partai papan tengah seperti PAN dan PPP cenderung tidak berani memainkan strategi politik yang spekulatif. Mereka cenderung akan berpihak pada koalisi yang memiliki kemungkinan menang lebih besar.
Dosen Universitas Paramadina Jakarta ini menambahkan, Jika tidak memiliki Capres - Cawapres yang kompetitif, partai-partai papan tengah itu tidak akan mendapatkan coat-tail effect yang optimal, dan berpotensi membuat mereka terdegradasi dari Parliamentary Threshold 4% yang menghantui mereka, khususnya PAN dan PPP.