Ajak Investor Kembangkan Natuna, Pasokan Listrik Harus Tersedia
Sementara itu, potensi gas yang recoverable di Natuna sebesar 46 tcf (triliun cubic feet) atau setara dengan 8,383 miliar barel minyak.
Jika digabung dengan minyak bumi, terdapat sekitar 500 juta barel cadangan energi hanya di blok tersebut. Jika diuangkan kekayaan gas Natuna mencapai Rp 6.000 triliun alias 3 kali lipat APBN saat ini.
Nah, dengan potensi besar gas di Natuna, maka sudah tentu harus memberi nilai tambah untuk mendukung investasi atau industri. Ini artinya, jangan lagi pemerintah ketika mengelola sumber daya alam seperti gas semata untuk menambah pundi keuangan. Namun, arahnya sudah harus diubah menjadi pemenuhan domestik.
"Tentu pemerintah harus mendorong agar tersedia teknologi untuk memaksimalkan potensi gas tersebut untuk mendorong elektrifikasi," tegasnya.
Ini artinya, potensi gas di dalam negeri itu untuk mensuport industri, tidak lagi ada cerita gas lebih banyak di ekspor. Kuncinya, migas bukan lagi ditempatkan untuk sumber pembiayaan pembangunan, namun diprioritaskan untuk mendukung industri dalam negeri.
Ekonom dan peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, Fahmi Radhi, mengemukakan dengan model wilayah kepulauan, masing-masing daerah punya potensi energi pembangkit yang berbeda-beda. Di Natuna, ada potensi gas besar yang dapat dipakai untuk sumber pembangkit.
Agar maksimal, perlu dipilih teknologipembangkit listrik yang tidak memerlukan pengerjaan lama. Salah satu caranya, bisa dibangun mini terminal LNG agar potensi besar gasbisa terserap dengan baik. Apalagi pemerintah sedang mengembangkan program tol laut dan sektor maritim.
Model mini terminal LNG sangat cocokdikembangkan di Indonesia karenasesuai kondisi geografis negara kepulauan. Selain itu, pengembangan mini terminal LNG juga tidak butuh waktu lama. Penggunaan gas juga akan menghemat keuangan negara.