Akbar: JK Harus Fokus
Kamis, 26 Juni 2008 – 14:58 WIB
Yang pasti, selama ini Akbar sudah melakukan komunikasi politik dengan sejumlah partai, termasuk dengan Sutiyoso. “Tapi belum ada deal-deal,” katanya. Khusus dengan SBY, malah sudah dua kali bertemu. “Banyak yang mengaitkan karena posisi saya sebagai Ketua Barindo dimana Barindo itu dekat dengan Partai Demokrat. Tapi sekali lagi, belum ada pembicaraan lebih. Termasuk nama saya masuk sebagai 1 dari 5 Cawapres PDIP mendampingi Megawati, saya belum ada pembicaraan,” tambahnya.
Sementara, bedah buku The Golkar Way, buku yang sempat menggegerkan politisi-politisi Golkar, mendapat sambutan hangat dari seluruh lapisan masyarakat Sulut yang hadir di acara gagasasn Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Manado dan Korps Alumni HMI. Dalam pengantarnya, Akbar menerangkan apa yang melatarbelakangi dirinya untuk meneliti Golkar sebagai objek disertasi doktoral.
Menurutnya, buku itu mencoba menjawab fenomena Golkar di masa transisi pasca jatuhnya rezim orde baru. “Menarik, karena Golkar sebagai partai yang dekat kekuasaan, kemudian jatuh, tetapi Golkar masih bisa survive (bertahan, red),” ujar Akbar selaku Dewan Pembina Barisan Muda Indonesia.
Kesimpulannya, lanjut Akbar, Golkar mampu mendayagunakan kelembagaan partai, yakni infrastruktur politik, platform partai, dan sumberdaya manusia. Kemudian, Golkar mampu beradaptasi dengan lingkungan politik saat ini yang sering berubah, lingkungan yang sedang mengalami turbulensi politik.
Selanjutnya, bedah buku yang menghadirkan dr Bert Supit (Sejarawan), Drs Max Rembang MSi (Pengamat politik Sulut) dan dr Taufiq Pasiak (Intelektual Muda Sulut) sebagai pembahas, dipandu oleh Suhendro Boroma (Pemred Manado Post).
Dr Bert Supit yang mendapat kesempatan pertama langsung melontarkan kritikannya. Menurut Bert, sesuatu yang dia cari selama ini tidak dibahas dalam buku tersebut. “Saya tidak menemukan sesuatupun pembahasan mengenai konsep carakter building (pembangunan karakter, red),” tegasnya. Namun, ia bangga dengan karakter politik yang dipunyai sang penulis, dimana mampu mengantar Golkar keluar dari kepungan pembubarannya.