Akidi Tio
Oleh: Dhimam Abror DjuraidOrang-orang kaya Amerika sejak zaman Rockefeller dan Carnegie mendirikan yayasan, dan menyumbangkan sebagian harta mereka untuk amal.
Namun, tanpa buruk sangka kepada mereka, yayasan amal itu sering dicurigai sebagai bagian dari upaya untuk menyelamatkan harta mereka dari pajak. Di Amerika, harta yang diamalkan melalui yayasan dibebaskan dari kewajiban pajak.
Kalau toh mereka ikhlas menyumbangkan hartanya untuk amal hal itu wajar saja, karena selama ini mereka mengeruk keuntungan dari model ekonomi kapitalis liberal Amerika, yang memberi keleluasaan sepenuhnya untuk mengumpulkan harta sebanyak mungkin.
Bill Gates menjadi kaya raya, antara lain, karena memegang banyak sekali hak cipta dan hak paten. Dengan kekayaan HAKI (hak atas kekayaan intelektual) itu, kekayaan Bill Gates akan terus mengalir dari seluruh dunia sepanjang hidupnya.
Karena itu, wajar saja kalau sekarang Gates merasa berdosa dan kemudian ingin mengamalkan sebagian uangnya untuk penduduk dunia.
Perdagangan bebas dan sistem ekonomi kapitalis-liberal telah menciptakan jurang yang lebar antara negara kaya dengan negara-negara miskin.
Bill Gates, dengan proyek filantropisnya, ingin membantu orang-orang miskin. Namun, Gates tidak ingin menghilangkan penyebab kemiskinan itu, yaitu sistem ekonomi kapitalistik liberal ala Amerika, yang dipaksakan ke seluruh dunia melalui globalisasi.
Di Indonesia, ketimpangan ekonomi dalam bentuk jurang kaya dan miskin menjadi problem yang masih sulit dipecahkan. Sepuluh persen elite kaya Indonesia menguasai 90 persen dari total kekayaan nasional.