Aktivis Perempuan Minta Kasus Novel Jangan Dianggap Kriminal Biasa
jpnn.com, JAKARTA - Sudah dua pekan berlalu, teror penyiraman air keras kepada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan tak kunjung terungkap.
Kasus Novel dan beberapa peristiwa belakangan dianggap sebagai upaya melemahkan KPK. Karenanya Indonesia Corruption Watch (ICW) dan aktivis perempuan antikorupsi mendesak agar Polri bisa segera menemukan siapa pelaku dan motif di balik perbuatan mencelakai Novel.
Salah satu aktivis perempuan antikorupi Betti Alisjahbana yakin, di Indonesia khususnya Polri banyak orang-orang terbaik yang bisa diterjunkan untuk mengungkap kasus itu. Apalagi, kata dia, sebelumnya Polri telah banyak mengungkap kasus-kasus terorisme.
"Kita perlu orang terbaik untuk mengungkap ini," kata Betti di kantor ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (23/4).
Dia yakin dengan keahlian, maupun kecanggihan teknologi yang ada, Polri mampu mengungkapnya. Bahkan, dia mendorong bila perlu pengungkapan ini melibatkan Densus 88 Antiteror Mabes Polri maupun Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
"Saya yakin kalau kita lakukan dengan serius, kredibel dan melibatkan orang terbaik ini akan bisa diungkap," ujar Betti.
Dia berbaik sangka, ada kemauan Polri untuk mengungkap kasus ini. Hanya saja, Betti mengatakan, belum semua orang terbaik diterjunkan untuk melakukan pengungkapan. "Kita butuh orang terbaik untuk diterjunkan karena ini bukan kriminal biasa," jelas Betti.
Dia pun mengatakan, polisi jangan cuma bergantung pada tidak adanya saksi mat yang melihat langsung penyiraman. Menurutnya, penelusuran bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. "Saya bukan ahlinya ya, tapi kan bisa dilihat komunikasi-komunikasi sebelumnya, rentetan kejadian sebelumnya," katanya.