Aktivitas Gunung Agung Meningkat, Jumlah Pengungsi Bertambah
Sementara di pos pengungsian Wantilan Pura Puseh Tebola, Desa Sidemen, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ada 292 jiwa. Mereka berasal dari Dusun Sebun dan Sogra.
Di Pos Balai Banjar Desa Adat Sanggem, Desa Sangkan, Kabupaten Karangasem ada 170 pengungsi dari Banjar Dinas Yehe dan Sebudi. "Jumlah pengungsi terus bertambah mengingat belum semua data dilaporkan ke Pusdalops BPBD Bali," kata Sutopo.
Dia menjelaskan, sebagian besar masyarakat mengungsi karena pengalaman masa lalu saat Gunung Agung meletus besar 1963. Tanda-tanda yang mereka rasakan saat ini adalah gempa vulkanik yang sering terjadi mirip dengan kejadian sebelum letusan Gunung Agung pada 1963.
Letusan saat itu berlangsung hampir selama setahun, yaitu 18 Februari 1963 hingga 27 Januari 1964. Korban tercatat 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka.
Sutopo mengatakan, tidak mudah menangani pengungsi. Apalagi pengungsi dari erupsi gunung api yang jumlahnya besar dan tidak diketahui pasti sampai kapan harus mengungsi karena sangat tergantung dari waktu letusannya.
Saat ini sudah banyak tenda pengungsi yang didirikan. Namun, umumnya mengungsi di tenda tidak nyaman karena panas. Jika terjadi erupsi disertai hujan abu dan pasir, tenda berpotensi roboh seperti saat erupsi Gunung Merapi 2010.
Banjar atau balai desa adalah tempat pengungsian yang lebih nyaman. Begitu juga mengungsi di kerabat atau desa sekitarnya.
BNPB pun menyarankan desa-desa yang aman di sekitar Gunung Agung dijadikan tempat penampungan pengungsi. "Model ini dikenal sister village seperti yang banyak dikembangkan di sekitar Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta," ungkap Sutopo.