Alex Litaay, Sebuah Pelajaran tentang Kesetiaan pada Megawati
Oleh: Andus Simbolon*Itulah salah satu ujian berat yang dihadapi Lexy. Dia hilang beberapa hari karena disekap.
Selama penyekapan itu pula Lexy dia diiming-imingi, ditawari uang dan harta, termasuk saham perusahaan tambang. Syaratnya, ia mau membelot ke DPP PDIP Reshuffle dan meninggalkan posisi Sekjen DPP PDI pimpinan Megawati.
Tapi Lexy menolak semua tawaran itu dan lolos dari penyekepan. Ia lantas menemui Megawati dan menyatakan kesetiaannya kepada putri Proklamator RI Soekarno itu sebagai ketua umum PDI yang sah dan konstitusional berdasarkan hasil Munas Kemang tahun 1993.
Tapi perpecahan di jajaran elite PDI saat itu memang sudah merembet ke daerah. Bahkan saat itu lebih banyak pengurus DPD (provinsi), DPC (kabupaten/kota), bahkan tingkat kecamatan yang setuju kongres Medan pimpinan Soerjadi.
Namun, Lexy seolah tak pernah menyerah dalam berjuang bersama Megawati membesarkan PDI. Bisa dibayangkan, seperti apa tantangan yang dihadapi Megawati dan Lexy saat itu karena penguasa dan ABRI dengan tegas sudah tidak mengakui kepengurusan PDI hasil munas Kemang.
Dalam suasana seperti itu, Lexy bersama Haryanto Taslam, Mangara, Noviantika dan tokoh PDI Pro-Meg yang lain secara terus-menerus mengonsolidasikan kekuatan para pendukung Megawati. Siang malam mereka bekerja dengan segala keterbatasan dan risiko termasuk menghadapi tekanan maupun ancaman dari penguasa.
Mereka bahkan rela meninggalkan keluarga demi berjuang membela panji-panji PDI Pro Meg. Dan ternyata mereka bisa bertahan hingga Orde Baru runtuh pada 1998.
Pada kongres pertama PDI Pro-Meg pasca-reformasi yang digelar di Bali, 1998, Lexy kembali dipercaya menjadi sekretaris jenderal. Kongres itu berjalan sukses luar biasa karena kerja Lexy dan kawan-kawan.