Alhamdulillah, Rupiah Sudah Rp 14.300
jpnn.com - BEBERAPA orang spesial yang mencari uang lewat cara-cara kreatif justru makin bersyukur saat kurs rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat. "Alhamdulillah, rupiah sudah Rp 14.300." Demikian tulis seorang di antara mereka di status media sosialnya.
Siapa para pengusaha "sakti" itu? Jangan bayangkan mereka adalah konglomerat yang namanya tiap tahun masuk daftar orang terkaya dunia (The World's Billionaires List) keluaran majalah Forbes. Atau, pengusaha yang rajin diundang ke istana untuk berunding dengan tim ekonomi presiden.
Jauuuh. Mereka jauh dari semua kerepotan itu. Mereka satu orang, dua orang, sekelompok, bahkan ada yang sekampung. Mereka tidak hanya dijumpai di pusat ekonomi bergengsi seperti Pacific Place, namun juga di pelosok kaki Gunung Sumbing, Jawa Tengah. Jenis dan macam usahanya beragam. Yang sama, mereka rata-rata masih muda dan semua sedang bernasib mujur. Pundi-pundi usaha mereka menggunung saat USD (dolar Amerika Serikat/AS) perkasa dan rupiah linglung.
Mari dimulai dari komunitas perajin logo di Desa Kaliabu, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Sejak setengah tahun terakhir, tepatnya sejak kurs rupiah terhadap USD terus menyusut dari Rp 8.500 hingga Rp 14.200, gairah melingkupi warga desa di Kaki Gunung Sumbing itu.
Hal tersebut disaksikan langsung oleh Jawa Pos Radar Jogja saat menyambangi desa yang berjarak 20 kilometer dari Candi Borobudur itu pada Sabtu dini hari (12/9). Saat Jawa Pos tiba, sudut-sudut desa masih ramai oleh kesibukan membuat logo. Mulai pemuda hingga orang tua, mereka bekerja di depan layar komputer untuk membuat logo.
Logo-logo tersebut lalu dikirim via online dan dikompetisikan dengan logo-logo lain yang juga dikirim peserta dari seluruh dunia. Banyak website yang khusus menyediakan informasi kompetisi membuat logo perusahaan. Sang pemenang diganjar hadiah uang dalam USD. "Modal kami cuma Google Translate untuk memahami petunjuk lomba. Sebab, tidak bisa berbahasa Inggris," ungkap Wicaksono, 25, seorang perajin (sebutan warga untuk desiner) logo, di kamarnya yang berukuran 3 x 4 meter.
Di Desa Kaliabu, sekitar 500 warga sehari-hari menjadi perajin logo. Mereka berasal dari berbagai latar belakang. Mulai tukang batu, sopir bus malam, hingga pemilik warung makan. Kini semua perajin logo di Desa Kaliabu bergabung dalam Komunitas Rewo-Rewo. Di komunitas yang baru dibentuk tiga tahun lalu itu, mereka saling belajar dan mengajari membuat logo dengan menggunakan software khusus Corel Draw dan Adobe Photoshop.
Setiap hari mereka membuat logo atau ikon untuk diikutkan lelang sesuai permintaan perusahaan-perusahaan besar dari berbagai belahan dunia.