Amelia Yani Menangis saat Cerita Ayahnya Ditembus 7 Peluru
"Saat itu, saya sampai menonton empat kali hanya untuk mengatakan yang di film itu bukan bapak (Jenderal Ahmad Yani, Red). Bukan, dan bukan," akunya sedih.
Maklum, saat peristiwa itu terjadi, Amelia yang masih berusia 15 tahun harus menyaksikan secara langsung di depan mata bahwa ayahnya menjadi korban kekejaman PKI dengan diberondong peluru pasukan Tjakrabiwara.
Kala itu, dalam keheningan pagi sekitar pukul 04.00 WIB, mereka memasuki rumah Ahmad Yani dan menculiknya.
"Ahmad Yani diculik, hanya pakai piyama. Beliau sempat melawan dan meninju salah satu prajurit Tjakrabirawa. Ahmad Yani langsung berbalik cepat, keluar lewat pintu, lalu ditembus tujuh peluru beruntun," kata Amelia mengisahkan.
Melihat ayahnya diberondong peluru, semua anggota keluarga langsung menjerit histeris. Ahmad Yani diseret begitu saja dengan darah yang mengalir dari luka-luka akibat tembakan kemudian dilempar ke dalam truk.
"Sampai di pintu belakang kami diadang. Kami dihardik untuk masuk ke rumah atau ditembak jika melawan. Senapan sudah dikokang. Yang jaga di rumah Garnisun hanya melongo melihat kejadian itu," ungkapnya.
Amelia menuturkan, pedih tentu rasanya melihat kepala keluarga mereka diperlakukan seperti itu.
Padahal, Ahmad Yani bukan perwira sembarangan. Dia adalah Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab) atau sekarang Panglima TNI ketika itu.