Amerika Bikin Sekutu Arab Kecewa, Rusia Terbukti Setia
Sebaliknya, Putin adalah salah satu dari sedikit pemimpin dunia yang merangkul Pangeran Mohammed setelah kerajaan itu secara luas disalahkan atas pembunuhan Jamal Khashoggi oleh agen Saudi pada 2018.
Arab Saudi, yang belum mengeluarkan pernyataan tentang invasi Rusia ke Ukraina, tengah berbagi kepentingan energi dengan Moskow sebagai pemain utama dalam kerja sama OPEC+.
Di sisi lain, Riyadh telah menolak desakan AS agar memompa lebih banyak minyak ke pasar demi menekan harga yang telah menyentuh USD 100 per barel.
Ali Shihabi, seorang pakar Saudi, mengatakan AS telah mengirim banyak sinyal bahwa aliansinya dengan kerajaan bukan lagi sesuatu yang bisa diandalkan oleh Riyadh.
“Oleh karena itu para pemimpin Saudi telah memutuskan bahwa mereka harus membangun banyak aliansi dan hubungan dengan kekuatan besar lainnya, terutama China dan Rusia,” katanya.
Dia menambahkan bahwa Riyadh telah banyak berinvestasi dalam membangun hubungan dengan Moskow dan menganggap OPEC+ strategis bagi ekonomi kerajaan.
"Ini bukan sesuatu yang bakal dibuang kerajaan ke dalam toilet," katanya
“Rusia telah membuktikan bahwa mereka mengingat teman-temannya dan juga musuh-musuhnya dan perjanjian OPEC+ yang ditandatangani oleh kerajaan adalah salah satu yang akan dipatuhi dengan ketat oleh kepemimpinan Saudi. Politisi Barat memiliki ingatan yang pendek. Para pemimpin Saudi tidak.” (ant/dil/jpnn)