Analisis Mantan Napi Teroris jika Aman Divonis Mati
jpnn.com, JAKARTA - Mantan napi terorisme Yudi Alfachri mengungkapkan, perlu ada penguatan proses deradikalisasi dan disengagement untuk melawan paham radikal.
Deradikaliasi menyentuh perubahan ideologi dan disengagement didasarkan pada upaya untuk menarik keluar dari komunitas radikal. Dua hal itu semestinya berimbang.
”Tapi, saya lihat yang lebih menonjol itu disengagement-nya. Padahal, nama programnya deradikalisasi. Jadi, pelaku itu ditarik dari kelompoknya, diberi kegiatan baru, tapi tidak menyentuh ideologi,” ujar Yudi yang pernah mengikuti pelatihan militer di Aceh.
BACA JUGA: Aman Abdurrahman Dituntut Mati, Ini Respons Ali Fauzi, Wow!
Dalam proses deradikaliasi itulah, diperlukan orang-orang yang memiliki kesamaan nasib atau pernah menjadi napiter. Bukan hanya petugas dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Sebab, dalam proses deradikalisasi itu, harus dibongkar terlebih dahulu ideologi yang dipahami.
”Harus ingroup, satu dengan kita. Ndak bisa kalau hanya dari BNPT, itu susah. Harus dari mantan napiter, tapi pelibatan mantan napiter sangat minim,” tambah dia.
Nah, menurut dia, peran Oman Rochman alias Aman Abdurrahman dalam perspektif itu menjadi penting. Dia berpendapat, bila pada akhirnya Aman divonis mati, para pengikutnya justru akan mengikuti ajaran terakhir Aman. Berbeda halnya bila Aman didekati dan dijadikan moderat.
”Matinya Aman Abdurahman itu semacam mematenkan pemahamannya. Inilah pemahamannya seperti ini. Kalau dia dibiarkan hidup dan pemahamannya diubah, pengikutnya juga akan ikut berubah,” ujar Yudi yang sedang menempuh pendidikan di jurusan ketahanan nasional di Universitas Indonesia. (riq/idr/jun/tyo/c10/agm)