Analisis Reza Indragiri soal Peneliti BRIN Ancam Bunuh Warga Muhammadiyah, Mengerikan
Reza mengingatkan bahwa dua contoh di atas, dan masih banyak lagi contoh lainnya menunjukkan fakta bagaimana media sosial memainkan pengaruh penting dalam mendorong terjadinya pembunuhan.
"Yakni, lewat stigma buruk terhadap individu maupun kelompok target, melegitimasi kekerasan, serta merekrut calon-calon pelaku," tutur penyandang gelar MCrim dari University of Melbourne Australia itu.
Oleh karena itu, Reza menilai Polri perlu mengambil langkah tegas guna menginterupsi kekerasan di media sosial yang dapat bereskalasi menjadi kekerasan di dunia nyata.
Terlebih lagi, dari redaksionalnya, kebencian dan ancaman pembunuhan oleh AP Hasanuddin itu tertuju tidak sebatas pada individu per individu, melainkan menyasar kelompok dengan latar identitas tertentu.
Hal itu menurut dia merupakan indikasi utama hate crime, yakni kejahatan yang dilakukan dengan menyeleksi para calon korban berdasarkan ciri atau identitas termasuk kelompok tertentu.
"Ketika ancaman pembunuhan saja sudah tidak patut dipandang sebelah mata, apalagi jika ancaman itu diekspresikan dalam bentuk hate crime," ujar sarjana psikologi dari UGM itu.
Dalam situasi hate crime, kata Reza, para korban tidak sebatas direct victim, tetapi bahkan mencakup vicarious victims alias masyarakat. Kendati 'sebatas' vicarious, namun reaksi psikis mereka serupa dengan direct victim: takut, marah, terguncang.
"Dengan skala korban sedemikian luas, 46 negara bagian, Distrik Columbia, dan 2 teritori Amerika Serikat mengadakan hukuman yang diperberat bagi pelaku hate crime," ucapnya.