Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Andreas Longping

Rabu, 26 Mei 2021 – 07:49 WIB
Andreas Longping - JPNN.COM
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Tidak kurang-kurangnya diperjuangkan. Agar tokoh ini mendapat hadiah Nobel.

Jasanya dianggap luar biasa. Terutama dalam menyelamatkan miliaran manusia dari kelaparan. Sampai ia meninggal pun, tiga hari lalu, perjuangan itu belum berhasil.

Itulah nasib Prof Yuan Longping. Yang di Tiongkok mendapat gelar ''Bapak Hibrida''. Berkat jasanya ditemukanlah padi bibit unggul. Profesor inilah yang menemukan cara meningkatkan produksi beras lewat hibrida.

Itu tahun 1964. Ketika umurnya 34 tahun.

Minggu lalu, Prof Yuan Longping masih bekerja. Bahkan masih keliling di pulau Hainan. Di umurnya yang 95 tahun. Ia terjatuh. RS di Hainan mengirimnya ke Tiongkok daratan. Ke RS di Changsa. Dekat dengan rumahnya. Di ibu kota Provinsi Hunan itulah ia menetap. Di kota Changsa itu pula –kota kelahiran Mao Zedong– Prof Yuan meninggal dunia.

Meski lahir di Beijing, leluhur Prof Yuan berasal dari Jiujiang –kota kecil di pinggir sungai Jiangxi. Saya mengenal baik daerah-daerah yang saya sebut itu.

Saat Prof Yuan menemukan padi hibrida Tiongkok lagi dilanda kelaparan. Kelaparan yang sangat amat hebat luar biasa –maafkan kalimat itu salah, tetapi saya pakai untuk menggambarkan kehebatan kelaparan saat itu.

Kelaparan itu sendiri sebagai hasil program ''lompatan ke depan'' yang salah. Yang dilancarkan Pak Ketua Mao Zedong.

Sejak itu Prof Andreas tidak pernah lagi potong rambut menjadi pendek. Rambutnya dibiarkan memanjang. Sampai sekarang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News