Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Andreas Longping

Rabu, 26 Mei 2021 – 07:49 WIB
Andreas Longping - JPNN.COM
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Namun, Mao sendiri melemparkan kesalahan itu pada kaum borjuis dan intelektual. Maka, untuk mengatasi kelaparan itu, Mao melancarkan revolusi kebudayaan. Semua orang kaya dan intelektual dipaksa ke desa. Bekerja di sawah. Yang menentang dikerangkeng.

Termasuk Deng Xiaoping. Yang dipaksa bekerja sendirian di bengkel di desa dekat Nanchang. Tempat pembuangan Deng ini sekarang jadi museum. Bagus sekali untuk dilihat. Terutama bagi politisi yang lagi merasa disingkirkan.

Prof Yuan waktu itu berumur 34 tahun. Ia melihat kelaparan yang begitu hebat. Ia mengalami sendiri. Lalu berpikir bagaimana bisa mengatasi kelaparan itu.

Prof Yuan berhasil menemukan bibit unggul telo (sweet potato). Namun, telo dianggap bukan makanan pokok. Maka Yuan mengalihkan penelitiannya ke padi. Ditemukanlah padi hibrida pertama di dunia.

Ketika Mao jatuh dan Deng Xiaoping naik padi hibrida temuan Yuan dijadikan fokus mengatasi kekurangan pangan. Akhirnya Tiongkok swasembada beras.

Di saat yang sama, di Amerika, juga terjadi kekurangan pangan. Panen gandum gagal di seluruh negeri. Penyakit gandum merajalela. Musim kering juga sangat kerontang.

Saat itulah seorang ilmuwan di Iowa menemukan benih unggul gandum. Yang lebih tahan hama. Juga lebih produktif.

Nama penemu itu: Norman Borlaug. Umurnya 16 tahun lebih tua dari Yuan. Norman lantas mendapat gelar sebagai bapak revolusi hijau dunia. Juga dianggap berhasil menyelamatkan kelaparan miliaran manusia.

Sejak itu Prof Andreas tidak pernah lagi potong rambut menjadi pendek. Rambutnya dibiarkan memanjang. Sampai sekarang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News