Andrian
Oleh Dahlan Iskan“Tidak jugalah,” katanya merendah. “Bahasa program kan tidak banyak,” tambahnya.
Ternyata saya juga hanya satu malam di Kaohsiung. Besoknya naik kereta lagi. Ke Hualien. Ke pusatnya agama Budha Tzu Chi.
Keretanya bukan jenis yang cepat. Belum ada kereta cepat di jalur Kaohsiung - Hualien. Lokomotifnya masih pakai diesel. Tidak ada wi-fi di dalamnya. Tidak ada colokan untuk charger HP.
Kalah dengan bus. Yang selalu menyediakan wi-fi berkecepatan tinggi. Misalnya saat saya naik bus dari Taipei ke Taichung.
Lalu, keesokan harinya, naik bus lagi. Dari Taichung ke Tainan. Wi-fi-nya sangat menggoda. Saking cepatnya.
Saya sempat berharap di kereta pun demikian. Dari Tainan ke Kaohsiung saya naik kereta express. Ternyata tidak ada wi-fi. Maka saat dari Kaohsiung ke Hualien saya tidak berharap lagi. Jadi tidak kecewa.
Harapan itu muncul lagi saat saya naik kereta cepat. Dari Hualien ke Taipei kemarin. Siapa tahu di kereta cepat sudah lebih modern. Ternyata sama saja.
Tapi baik juga tidak ada wi-fi. Sesekali puasa HP. Setidaknya selama lima jam.(***)