Anies Baswedan: Alhamdulillah, Pinjaman dari Kemenkeu Sangat Membantu
BPS DKI mencatat, permintaan domestik seperti konsumsi rumah tangga dan investasi masih rendah dan belum menunjukkan perbaikan. Kedua 'agregat demand' ini terkontraksi sehingga mempersulit upaya perbaikan ekonomi.
Untuk menyeimbangkan tekanan ini, konsumsi pemerintah terutama yang terkait dengan belanja untuk menangani COVID-19 meningkat sangat signifikan. Kendati demikian, upaya tersebut belum bisa mengembalikan kekuatan belanja domestik sebagai motor pertumbuhan.
Meski begitu, BPS DKI mencatat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi yang diberlakukan sejak Juni 2020 memungkinkan ekonomi Jakarta menggeliat sehingga memberikan peluang sektor-sektor produktif menciptakan nilai tambah dan mendorong percepatan kinerja ekonomi.
Pada triwulan III-2020 perekonomian Jakarta tumbuh 8,38 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Hampir seluruh lapangan usaha tumbuh positif, di antaranya akomodasi dan penyediaan makan minum, transportasi, dan pergudangan serta jasa kesehatan.
Kendati demikian, staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin menyebutkan bahwa kuartal IV perekonomian Indonesia akan membaik dibanding kuatal III sehingga secara total kontraksi Indonesia tidak akan lebih dari dua persen.
Tapi, lanjut dia, ini sangat tergantung pada perkembangan pandemi yang sangat mempengaruhi pergerakan antar orang dan antar barang, serta kemungkinan dilakukannya PSBB oleh beberapa daerah kalau ternyata kasus positif meningkat kembali.
"Tapi kita semua berharap dengan kedisiplinan dan usaha kita bersama pandemi ini bisa kita atasi. Dan ekonomi yang sudah mulai membaik di kuartal III, bisa terus membaik di kuartal IV dan 2021 sudah kembali (perekonomian) ke jalur positif," ucap Masyita.
Jangan Lewatkan Video Terbaru: