Anies, Ganjar, dan Kang Emil Balapan
Oleh: Dhimam Abror DjuraidDalam dua kali kunjungan itu Anies bertemu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, dan kemudian sowan kepada ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar, di Malang.
Dua hal itu menjadi sinyal politik yang kemudian banyak 'diramesi' oleh para pandit politik. Dengan sowan ke PWNU Jatim Anies mencoba mencari simpati dari kalangan nahdiyin, karena Jawa Timur dikenal sebagai ‘’stronghold’’, wilayah basis, NU (Nahdlatul Ulama).
Dalam kunjungan sebelumnya Anies bertemu dengan Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Spekulasi politik pun beredar bahwa dua gubernur ini mungkin akan menjadi pasangan capres-cawapres pada 2024.
Spekulasi yang semula hanya rumor ternyata beberapa waktu belakangan ini menggelinding seperti bola salju kecil. Memang masih belum menjadi bola salju besar, tetapi spekulasinya menjadi makin kencang.
Khofifah menjadi salah satu kandidat yang potensial karena mempunyai atribut politik yang dibutuhkan untuk melengkapi atribut Anies. Khofifah mewakili gender perempuan.
Selama ini praktis hanya dua gelintir perempuan yang muncul dalam berbagai survei capres, yaitu Puan Maharani dan Khofifah. Dua-duanya masih 'kecil', tetapi punya potensi yang tidak bisa diabaikan.
Puan sudah hampir pasti punya free pass dari PDIP, yang sampai sekarang masih ngotot memasangkannya dengan Prabowo Subianto. Ibarat perkawinan politik Prabowo-Puan sudah bertunangan meskipun belum ijab kabul.
Tidak ada yang berani menjamin pertunangan itu akan berlanjut ke pelaminan. Pertunangan ini bisa bubar karena berbagai masalah. Salah satunya adalah gangguan orang ketiga yang menjadi pria atau wanita idaman lain.