Anjir & Anjay
Oleh: Dhimam Abror DjuraidIni bukan kali pertama HBS mendapat ancaman kekerasan. Sebelumnya dia mendapat ancaman dari beberapa orang yang memakai kostum loreng yang secara eksplisit menyuarakan ancaman terhadap HBS yang dianggap menyinggung pimpinan dan institusi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
HBS mempunyai gaya orasi yang berapi-api. Gaya pidatonya ketika berceramah keras dan sering tajam. Hal yang sama dilakukan oleh pendakwah asal Jawa Timur Sugi Nur Rahardja yang lebih dikenal sebagai Gus Nur.
Dua pendakwah itu punya gaya ceramah yang mirip karena sama-sama tajam dan bertenaga.
HBS yang berasal dari Sulawesi berbicara dengan intonasi tinggi dengan dialek Sulawesi campuran Betawi. Gus Nur yang asli Jawa Timur sangat kental dengan dialek Jawa Timur yang medok.
Dalam berbagai unggahannya Gus Nur sering memakai istilah-istilah yang sering dianggap sebagai umpatan.
Dalam perspektif budaya, gaya bicara masyarakat Sulawesi dan Jawa Timur bisa dikategorikan sebagai ‘’low context culture’’ atau budaya konteks rendah. Budaya ini ditandai dengan cara berkomunikias yang lebih langsung dan tidak berbelit-belit.
Dalam masyarakat yang berbudaya konteks rendah percakapan dilakukan secara lebih egaliter dan akrab tanpa ada strata atau tingkatan sosial. Karena itu percakapannya sering terdengar kasar dan terkadang diselipi dengan ungkapan-ungkapan yang terasa sebagai makian.
Namun, dalam tata pergaulan masyarakat konteks rendah makian itu justru dianggap sebagai ungkapan keakraban dan kedekatan.