Anshor Laris
Oleh: Dahlan IskanDi hari Lebaran nanti itu bukan hanya di hari kedua yang di-book. Juga hari ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh. "Enam hari berturut-turut," ujar sang ayah. Begitu laris.
Sudah bisa pasang tarif. Inilah anak kelas 3 SMP yang sudah punya tarif Rp 30 juta/tampil semalam.
Tentu itu harus dipotong sewa gamelan, honor penabuh dan sinden –penyanyi lagu-lagu Jawa. Anshor telah jadi seniman Jawa yang membanggakan.
Setelah menonton lebih 10 penampilan Anshor di YouTube saya berkesimpulan anak ini punya bakat yang luar biasa. Tidak mudah menjadi dalang.
Ia harus vokalis, komedian, teater, sinematografi, penari dan gabungan begitu banyak kesenimanan.
Waktu berjumpa di teras rumahnya, rumah bapaknya, saya sampaikan pertanyaan yang saya simpan sejak di jalan antara Madinah-Tabuk: mengapa tidak mengikuti jenis suara dalang Seno untuk tokoh Sengkuni.
Saya tidak puas dengan suara Anshor untuk tokoh Sengkuni. Kurang pas. Kurang 'pengkhianat'.
Ternyata Anshor sengaja ingin membuat suara Sengkuni seperti itu. "Sengaja saya buat nggece," ujar Anshor.