Antisipasi Demam Berdarah dengan Kenali Mitos dan Faktanya
jpnn.com - Demam berdarah merupakan infeksi akibat virus dengue yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini rentan muncul selama masa pancaroba dengan cuaca yang tidak menentu. Salah satu cara yang bisa membantu mencegah demam berdarah adalah dengan memahami mitos dan fakta yang banyak beredar mengenai penyakit ini.
Perlu diketahui bahwa Indonesia menjadi negara tertinggi di Asia Tenggara yang rawan akan penyebaran penyakit demam berdarah.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, distribusi penyakit suspek DBD sejak minggu pertama 2018 hingga minggu pertama 2019 yang tertinggi ada di Jawa Timur. Jumlah suspek DBD mencapai 700 orang, posisi tersebut diikuti oleh Jawa Tengah (512 orang) dan Jawa Barat (401 orang).
Adanya salah kaprah masyarakat dalam menanggapi demam berdarah, justru malah menciptakan kepanikan yang merugikan diri sendiri. Kini, sudah saatnya Anda mengantisipasi demam berdarah dengan memahami mitos dan faktanya berikut ini:
Demam disertai mimisan, pasti demam berdarah?
Tidak semua demam yang disertai mimisan pasti demam berdarah. Menurut dr. Resthie Rachmanta Putri dari KlikDokter, ciri-ciri lainnya dari demam berdarah, antara lain:
Sakit kepala
Pegal di sekitar mata atau belakang mata
Nyeri sendi
Nyeri otot dan tulang
Ruam di kulit
Perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik merah di kulit, lebam
Demam berdarah wajib diberi antibiotik?
Antibiotik kerap dianggap sebagai obat dewa. Padahal tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik. “Obat antibiotik hanya diberikan bila ada infeksi oleh bakteri. Sementara demam berdarah merupakan infeksi virus,” kata dr. Resthie.
Demikian juga infeksi yang disebabkan oleh jamur. Antibiotik tidak bisa menangani infeksi jamur. Jika tetap diberikan, infeksi bisa terus terjadi dan tidak sembuh-sembuh.