Apa yang Dilakukan Jagoan Jakarta Saat Proklamasi? Kisah Nyata…
Menurut Entol, tidak kurang dari 25 pos Pertahanan Rakyat dalam kota Jakarta yang dibagi senjata dari Asrama Indonesia Merdeka.
Nama-nama para pemimpin para jago itu antara lain Ali, Domak, Moh. Nur, Kosim, Munawar, Iskandar, Ever Langkai, Rappar, Runtunuwu, Rambitan, dan lain-lain.
Sikap siaga penuh ini, "berdasarkan pertimbangan-pertimbangan kewaspadaan, kalau-kalau akan terjadi tindakan dari pihak Rikugun (angkatan darat) melarang dilangsungkannya proklamasi dengan kekerasan atau dengan tindakan militer," tulis Entol.
Saat bersamaan, Sekutu sebagai pemenang perang dunia kedua memerintahkan Jepang menjaga wilayah yang didudukinya dalam keadaan status quo.
Seiring itu, Kolone V Tentara Belanda yang selama pendudukan Jepang bersembunyi di dalam kota Jakarta mulai berani berkeliaran. Menjalin kontak dengan kawan-kawannya.
Apa boleh buat, di tengah mencuatnya sentimen anti-Belanda, mereka jadi sasaran empuk para jago.
"Barisan Jagoan dengan pemuda-pemudanya yang sudah mendapat latihan di Daisanka, telah mengambil peranan penting dalam pemberantasan Kolone ke V Belanda dan mata-matanya atau kaki tangannya. Pasukan bersenjata pistol tak bersuara sangat berguna. Karena tidak menimbulkan kegemparan," kenang Entol.
Sebelum tengah malam, Entol menceritakan, pasukan rahasia pengamanan proklamasi yang dipimpin Tomegoro Yoshizumi sudah dalam keadaan siap siaga.