Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Benarkah Ekspedisi Pamalayu Penaklukkan Jawa atas Sumatera? Ini Bukti Arkeologisnya...

Jumat, 12 Juli 2019 – 10:37 WIB
Benarkah Ekspedisi Pamalayu Penaklukkan Jawa atas Sumatera? Ini Bukti Arkeologisnya... - JPNN.COM
Amoghapasa. Foto: Capture laman google

jpnn.com - Ekspedisi Pamalayu bukan penaklukan Jawa atas Sumatera. Utusan Singosari ke Dharmasraya membawa Amoghapasa sebagai lambang persahabatan.
 
Wenri Wanhar - Sumatera

Angin membawa kelana ke Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Di hulu Sungai Batanghari ini, tapak-tapak reruntuhan negeri tua berserak di mana-mana. Kejayaan masa lalu masih bersisa.

Dharmasraya lama sekali terlupakan. Padahal, menyilau riwayat tambo, dari sinilah Adityawarman bergerak ke pedalaman Minangkabau menegakkan Pagaruyung. Ditinjau secara ilmu arkeologi, di sini pula ditemukan prasasti batu bersurat yang ada rajahan kata Suwarnabhumi, nama beken Sumatera pada masa lampau.

“Saya kan orang sini. Jujur saja, baru lima belas tahun ini saya mendengar kata Dharmasraya…” kata Arjuna, sekondan lama yang mengajak JPNN tualang ke negerinya. Hal senada juga disampaikan kebanyakan orang Dharmasraya.

Padahal, arca Amoghapasa yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta, sebagai barang bukti sejarah Ekspedisi Pamalayu tentang Jawa (Kerajaan Singosari) menaklukkan Sumatera, yang selama ini digadang-gadang  “ilmu pengetahuan resmi”, dibawa ilmuwan kolonial dari negeri ini.
 
Sejarah Kerajaan Dharmasraya benar-benar terlupakan. Jangankan oleh rakyat kebanyakan, Tuanku Rajo Dipati--pemuka adat setempat--sendiri mengakui, “sebelum pemekaran Kabupaten Sijunjung Sawahlunto lima belas tahun lalu, tak pernah mendengar kata Dharmasraya.”
 
Wajar. Masa kejayaan Dharmasraya berada nun jauh di kelampauan. Berabad-abad yang silam.
 
Musim telah berganti. Hari baru tiba. Para cerdik pandai yang didaulat merumuskan pembentukan kabupaten baru di Sumatera Barat berhasil membangkit batang tarandam. 
 
Entah angin apa. Agaknya, karena waktunya memang sudah tiba. Nama Dharmasraya mencuat. Niniak mamak bersuara bulat. Dicapailah kata sepakat.

Sejak diresmikan jadi nama kabupaten, pada 7 Januari 2004, Dharmasraya kembali dikenal. Kerajaan negeri emas kembali bersilau.

Mambalia’an siriah ka gagangnyo, pinang ka tampuaknyo. Kok lai bungo ka jadi putiak, putiak ka jadi buah,” kata Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan pemangku gelar pusako Maharaja Diraja, dalam beberapa kali perjumpaan belakangan hari ini.

Angin pengembaraan menjemput kisah nan lamo kali ini, rupanya mempertemukan dengan Bambang Budi Utomo, ilmuwan dari Pusat Penelitan Arkeologi Nasional, Sabtu, 6 Juli 2019. Bersama tim-nya, dia sedang melakukan eskavasi di Awang Maombiak, Siguntur, Dharmasraya.

Ekspedisi Pamalayu bukan penaklukan Jawa atas Sumatera. Utusan Singosari ke Dharmasraya membawa Amoghapasa sebagai lambang persahabatan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News