Arab Saudi Makin Toleran, Umat Kristen Kian Leluasa Natalan
Menurut dia, pesan ‘kasihilah sesamamu’ itu sama dengan ajaran dalam Islam. “Ini adalah titik penghubung antaragama karena Islam menekankan untuk menghormati tetangga dan mencintai mereka seperti keluarga,” ucapnya.
Warga Arab Saudi yang tak mau disebut namanya itu mengatakan nilai tersebut ada di semua agama. Menurut dia, Natal penuh warna.
“Ini (Natal) menyenangkan dan merayakan di sini (Arab Saudi) bersama muslim dan umat Kristen adalah tanda kesalehan dan toleransi beragama,” tuturnya.
Kurang dari satu dekade lalu, suasana Natal seperti itu tidak akan mungkin ditemukan di mana pun di Arab Saudi.
Kini, berbagai simbol, atribut, dan lagu Natal pun telah diserap ke area komersial dan kehidupan sosial di kota-kota di Negeri Petrodolar itu.
Beberapa tahun lalu, acara keagamaan non-Islam, seperti Natal, digelar secara sembunyi-sembunyi di kompon ekspatriat yang dioperasikan perusahaan swasta.
Namun, baru belakangan ini Natalan bisa dilaksanakan secara terbuka. Pada 2016, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) menyodorkan konsepnya tentang Visi Arab Saudi 2030.
Seirin dengan itu, Kerajaan Arab Saudi mulai melakukan serangkaian reformasi. Selama empat tahun terakhir ini, visi tersebut mendorong Arab Saudi menciptakan budaya toleran dan lebih terbuka.