Arab Yahudi
Oleh: Dahlan IskanSebagian pindah ke pakaian saya. Ia semprot pakaian saya. Sambil tertawa. Giginya kelihatan kuat, menghitam. Gerahamnya mengeras.
Kami pun siap keluar kota. Ia minta saya membuat video gedung-gedung tinggi yang baru. Saya video juga wajahnya. Ia tertawa senang.
Ia suka saya ambil video wajahnya. Saya suka memvideonya dengan alasan lain: kalau ada apa-apa punya rekam jejak seperti apa orangnya.
Ia menoleh terus ke pinggir jalan. Setiap terlihat ada orang jalan kaki mobil ia pelankan. Kaca dibuka. "Sharma! Sharma".
Oh, ia cari tambahan penumpang. Saya tidak mempersoalkannya. Dua kursi di belakang kosong. Tidak satu pun yang ke jurusan Sharma.
Mobil belok kanan. Lalu belok kanan dua kali lagi. Lho, ini kan terminal tadi. Ia turun dari mobil. Semua orang ia tawari apakah mau ke Sharma. Nihil.
Tidak juga dapat tambahan penumpang. Maka mobil dipacu ke arah luar kota. Jalan di kota ini lebar-lebar. Kanan kirinya bangunan baru. Trotoarnya juga cukup untuk jejer lima berjalan kaki.
Di pemisah jalan ditanami bunga. Kanan kiri jalan dihiasi pohon kurma. Kota ini kecil tetapi bersih dan tertata. Penduduknya 500.000 jiwa.