Artidjo Alkostar Pernah Diancam Didor Penembak Misterius
Masih dalam buku yang sama, Bagir mengungkapkan bahwa Artidjo di matanya merupakan sosok yang baik dan serius dalam bekerja. Dia juga mengenal pria kelahiran 1948 itu sebagai sosok yang tidak pernah menunda pekerjaan.
Soal urusan hukum pidana, Bagir juga tidak pernah segan berdiskusi dengan Artidjo. ”Karena menurut saya, tentang hal itu, beliau lebih paham dari saya,” ungkap Bagir.
Bukan hanya itu. Bagir mengenal Artidjo sebagai sosok yang tidak banyak bicara. Termasuk kepada media. Baik di media cetak maupun media elektronik. Menurut Bagir, itu memang suatu keharusan bagi seoarang hakim.
Sebab, banyak bicara bisa jadi malah menjurus pada pelanggaran kode etik. ”Pak Artidjo memiliki standar seperti itu, dirinya sangat displin tentang kode etik,” papar Bagir. Artidjo pun tidak menampik ketika ditanya soal hal tersebut.
Pascagenap berusia 70 tahun 22 Mei lalu, Artidjo menjadi buruan awak media. Namun, baru Jumat hakim kelahiran Situbondo itu bersedia bertatap muka dengan awak media. Dalam kesempatan tersebut, sedikit banyak Artidjo membuka perjalanan hidupnya.
Termasuk pengalaman selama bertugas di MA. Adalah perkara Presiden Soeharto yang paling membekas di kepala alumnus Universitas Islam Indonesia tersebut.
Kala menangani perkara itu, Artidjo belum lama bertugas di MA. Dia ingat betul perkara tersebut ditangani bersama Syafiuddin Kartasasmita sebagai ketua majelis dan Sunu Wahadi sebagai anggota majelis.
Bukan sebatas tertanam kuat dalam kepalanya, perkara itu juga istimewa bagi Artidjo. Meski, semua perkara sama saja di mata suami Sri Widyaningsih tersebut. ”Setelah mengadili Presiden Soeharto itu, perkara yang lain-lain itu kecil aja,” kata dia.