ATAK: Ekspor-Impor Batam sedang Terpuruk
Novi, sapaan akrab Tri Novianta, mengaku sepinya order mengakibatkan turunnya pendapatan tenaga kerja. "Jika order ada untuk perusahaan galangan kapal, oil, manufaktur, maka ekonomi Batam akan berputar. Karena nilai order-order tersebut sangat besar," jelasnya lagi.
Pihaknya, kata Novi, tengah berupaya untuk menciptakan berbagai kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Batam. Ia mengakui investasi sebesar 441 juta dolar Amerika yang masuk saat ini lewat program Izin Investasi 3 Jam (i23J) belum cukup untuk menopang roda perekonomian. "Ternyata yang menggerakkan ekonomi Batam dari sisi order," ungkapnya.
Dulu ada wacana untuk membangun tempat pengolahan barang tambang atau smelter di Pulau Bintan. Dengan pembangunan tersebut maka aktivitas laut akan meningkat sehingga berpengaruh pada Batam. "Namun ternyata kontur dan air di wilayah Kepri ini tidak cocok untuk pembangunan smelter," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala BP Batam Hatanto Reksodipoetro juga mengakui jika aktivitas industri di Batam sedang lesu. baik industri galangan kapal maupun industri manufaktur. Penyebabnya, kata dia, karena terdampak ekonomi global yang sedang melambat.
Akibatnya, jumlah pesanan dari luar negeri ke Batam juga semakin menurun. Sehingga kegiatan impor bahan baku ke Batam sangat sepi.
"Dan otomatis ekspor hasil industri juga turun drastis," katanya.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam juga mencatat nilai ekspor-impor Batam terus menurun. Untuk ekspor Kota Batam pada bulan Desember 2016 mencapai 587,76 juta dolar AS atau mengalami penurunan sekitar 16,45 persen dibanding ekspor bulan November 2016.
Begitupun bila dibandingkan dengan ekspor pada periode yang sama pada 2015, ekspor bulan Desember 2016 ini mengalami penurunan sekitar 7,59 persen.