Atikoh Silahturahmi dengan Tokoh Lintas Agama Se-Sulut, Bicara Toleransi
Atikoh pun menceritakan soal pelangalaman selama 10 tahun mendampingi Ganjar Pranowo sebagai Gubenur Jawa Tengah. Dimana, Ganjar dan dirinya salalu hadir dan bersama dengan kelompok termarjinalkan.
“Anak-anak, usia lanjut, perempuan, kelompok-kelompok marjinal, dan elemen masyarakat yang selama ini suaranya kurang didengar, misalnya difabel, kaum yang termarjinalkan, atau misalnya kalau di Jawa ada kelompok yang masih tradisional,” ungkap Atikoh.
Atikoh menganalogikan dan memandang keberagaman dan kebhinekaan sebagai sebuah permainan angklung yang harus dimainkan secara bersama-sama.
“Tetapi bila angklung itu diketuk bersamaan, akan menciptakan harmoni keindahan dan kedamaian. Dan bagaimana agar angklung itu tercipta menjadi sebuah suara yang indah? Tentu dibutuhkan sekali seorang pemimpin dari pemain-pemain angklung,” ungkap Atikoh.
Menurut Atikoh, seorang pemimpin harus bisa mengayomi keseluruhan, agar setiap individu bisa hidup bersama, saling toleransi, dan memahami.
“Terkadang toleransi dipandang hanya sempit, kita berbeda. Tetapi implementasinya masih harus terus di-improve, ditingkatkan. Toleransi tercipta bila masing-masing paham perbedaan dan bagaimana mengharmonikan itu semua,” jelas Atikoh.
Atikoh juga mengungkapkan, selama sepuluh tahun sang suami menjabat sebagai gubenur Jawa Tengah, tidak pernah ada permasalahan soal pembangunan rumah ibadah.
“Puji syukur di Jawa Tengah itu tidak pernah terjadi seperi itu. Tidak pernah ada kejadian di mana ketika ada masyarakat ingin dirikan tempat ibadah itu dipersulit. Karena pemimpinnya berani di depan sendiri untuk memperjuangkan hak-hak setiap warga masyarakat, itu namanya toleransi,” pungkas Atikoh. (tan/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi: