Awalnya Jadi Korban, Kini Ungkap Ribuan Situs Penipuan
’’Saya percaya karena dia ngaku laptop itu black market. Saya tambah tertarik setelah harganya bisa saya nego menjadi Rp 3 juta,’’ ungkapnya.
Awalnya si penipu meminta transfer uang yang telah disepakati. Setelah itu, barang akan dikirim. Tapi, barang belum diterima, Erwan kembali diminta mentransfer uang karena terjadi kekeliruan dalam pengiriman. Penipu menyebutkan, ada dua unit barang yang dikirim kepada Erwan nanti.
Karena begitu meyakinkan, Erwan sampai tidak curiga sama sekali bahwa dirinya sedang ditipu mentah-mentah. ’’Total saya transfer Rp 6 juta plus pulsa kepada orang itu,’’ ujarnya.
Tapi, barang belum sampai, si penipu beraksi lagi. Dia mengabarkan bahwa barang pesanan Erwan tertahan di bea cukai. Si penipu menyatakan sanggup mengembalikan uang Erwan. Namun, dia meminta nomor rekening bank teman Erwan dengan alasan rekening Erwan tidak bisa ditransferi uang.
’’Ternyata, itu adalah trik dia agar seolah-olah teman saya yang membohongi saya dengan mengatakan tidak ada transferan dari si penipu,’’ jelasnya.
Setelah ditunggu-tunggu, Erwan akhirnya sadar bahwa dirinya telah menjadi korban penipuan bisnis online. Dia pun malu menceritakan kejadian itu kepada temannya. Begitu pula kepada orang tuanya di Pekanbaru, Riau.
’’Saya juga malas lapor polisi karena pasti hanya akan dapat surat laporan. Ternyata, yang saya alami itu juga dialami banyak orang lain. Ceritanya juga hampir sama,’’ tutur lulusan Pondok Pesantren Gontor tersebut.
Belajar dari kejadian itu, Erwan berinisiatif ’’melawan’’ para penipu tersebut. Dia tidak ingin makin banyak korban berjatuhan. Karena itu, berbekal ilmu TI (teknologi informasi) yang dipelajarinya di kampus, dia membuat situs online yang bisa memverifikasi toko-toko online yang biasa bertransaksi lewat dunia maya. Situs itu berisi ribuan toko online, baik yang ’’resmi’’ maupun abal-abal.