Ayam Bekisar Pak Lanang Ditawar Rp 125 Juta
Untuk lomba, jelas Deden, yang dinilai suara dan mental ayam. Biasanya ayam hutan ini liar, namun jika jinak dalam suasana keramaian, maka akan mendapat nilai plus. Pun juga dengan suara, harus tetap berkokok tiap menit. “Mirip lomba burung,” celetuknya.
Selain itu, keindahan bulu. Apakah bulunya berkilau atau tidak. Lembut atau tidak. Pada dasarnya, ayam bekisar yang lahir dari ayam hutan di seluruh Indonesia bulunya sama. Hanya saja yang beda pada suara dan bentuk tubuh. “Kalau ayamnya besar, pasti orang akan tahu itu ayam hutan dari Lombok,” sebutnya.
Ayam yang sudah menjadi juara, khususnya di tingkat nasional, harganya tidak sembarang. Tidak seperti ayam bekisar yang biasanya dihargakan Rp 3 juta sampai 5 juta. Melainkan harganya bisa mencapai ratusan juta.
Ia menyebutkan, salah satu anggota komunitasnya memilki ayam yang pernah juara nasional. Kini, ayam tersebut ditawar Rp 125 juta. “Saya punya anggota komunitas namanya Pak Lanang, ayamnya ditawar Rp 125 juta,” terangnya.
Ayam bekisar ini tidak seperti ayam lainnya. Makanan pun beda. Jadi, jika ingin memelihara ayam ini, yang perlu diperhatikan adalah makanannya. Makanan bekisar ini adalah biji-bijian. Seperti beras, kacang ijo, jagung, kedelai.
Tidak doyan makan nasi dicampur dedak seperti makanan ayam kampung. “Kalau dipaksa mungkin bisa, tapi jarang,” sebutnya.
Deden ingin ayam hutan ini bisa menjadi ikon NTB. Dimana, ayam hutan Lombok ini memiliki ciri khas dibandingkan ayam hutan di daerah lain seperti di Jawa atau Sulawesi.
Dari postur tubuh, ayam hutan dari Lombok lebih besar dibandingkan daerah lainnya. Di samping itu, kakinya berwarna merah. “Kalau ayam hutan di daerah lain postur tubuhnya lebih kecil. Kakinya tidak berwarna merah seperti yang kita miliki,” akunya.