BACA NIH! Sejarah Diskotek Pertama di Jakarta, yang Juga Pertama di Asia
"Sudah terlalu banjak night club di Djakarta. Tapi semuanja terlalu formil. Tidak ada suasana bersantai. Perlu didirikan sesuatu jang lain jang dapat memberikan suasana merdeka, sehingga orang dapat beristirahat," katanya, tulis majalah Tempo, 20 Maret 1971.
Jangan samakan dengan sekarang, waktu itu diskotek masih hal baru. Bahkan kata diskotek sendiri belum banyak dikenal orang.
"Seorang pejabat provinsi Jakarta bahkan menanyakan perihal kata itu ketika Fahmy meminta izin pendirian diskotiknya," tulis majalah Historia, No 2, Tahun I, 2012.
Modal 20 Juta
Fahmy anak juragan tekstil Tanah Abang. Bosan kuliah Teknik Industri di Jerman, dia pulang kampung. Berbekal modal Rp 20 juta, lelaki brewokan yang pernah jadi suami Ratna Sarumpaet ini menyulap sebuah rumah tua di Jl. Tanah Abang Timur No 14 menjadi diskotek--konsep tempat hiburan yang dibawanya dari Eropa.
Bangunan itu bercat hitam. Ada pohon kaktus besar di pekarangannya. Pintu bercorak klasik warna merah. Begitu masuk menuruni anak tangga, terhampar lantai dansa berikut sebuah bar yang terbuat dari kayu. Bangku-bangku berbantal kulit kambing.
"Suasana di dalam ruangan adalah tjampuran kedai kopi di djaman tiga musketir dan cafe daerah Wild West. Di podjok berdiri sebuah kerangkeng besi untuk a gogo girl. "Inilah Tanamur, sederhana dan bebas", kata Ahmad Fahmy," tulis majalah Tempo, 20 Maret 1971.
Tanamur merupakan akronim dari Tanah Abang Timur. Pengunjung Tanamur kebanyakan bule. Di sana, tak ada band. Yang ada hanja seorang disc jockey (DJ) dengan ratusan piringan hitam di sampingnya.
"Yang cukup terkenal di Tanamur DJ Vincent. Dia orang Maluku. Suatu waktu DJ Vincent ke London. Ternyata ada orang yang mengenalinya. Orang itu mengaku sering ke Tanamur kalau ke Jakarta. Malam harinya dia mengajak Vincent ke diskotek, dan diberi kehormatan nge-DJ di sana," papar Hendaru.--bersambung (wow/jpnn)