Badeshi: Bahasa Punah yang Penuturnya Hanya Tiga Pria
Menurut Rahim, pernikahan campur antara pria Bishigram dan perempuan dari luar desa mengakibatkan bahasa Badeshi tak lagi populer.
’’Perempuan-perempuan yang diperistri pemuda-pemuda kami berkomunikasi dalam bahasa Torwali. Maka anak-anak yang lahir dalam pernikahan campur itu pun mengikuti bahasa ibu mereka,’’ ungkap lelaki yang mengaku tak tahu pasti berapa usianya tersebut.
Kini bahasa Torwali menjadi bahasa resmi Bishigram. ’’Anak-anak kami berbicara dalam bahasa Torwali. Mau tidak mau, kami pun mengikuti. Lambat laun, bahasa Badeshi punah,’’ ujar Said Gul.
Karena lebih sering bercakap-cakap dalam bahasa Torwali, Rahim dan Said mengaku kehilangan banyak kosakata bahasa Badeshi. Jika itu terjadi, percakapan akan berhenti sesaat dan mereka tertawa.
Anak lelaki Rahim mengaku sedih mendapati fakta bahwa bahasa Badeshi, bahasa asli sang ayah, akan punah. Setelah sang ayah meninggal, atau sang paman meninggal, tidak akan ada lagi yang bertutur dalam bahasa tersebut.
’’Saya sangat menyesal. Mengapa saya dulu tidak belajar bahasa asli ayah saya itu,’’ kata anak Rahim yang tidak disebutkan namanya tersebut.
Selain Badeshi, menurut Anadolu Agency, ada tujuh bahasa lain yang segera punah di Pakistan. Yakni, Torwali, Dameli, Gawar-Bati, Ushojo, Yidgha, Khowar, dan Ormuri.
Pengguna Torwali, yang menjadi bahasa tutur penduduk Bishigram pun, kian menyusut. ’’Jumlah penuturnya kurang dari 100 ribu orang,’’ jelas Tafseer Ahmed, pakar bahasa di Center for Language Computing, Mohammad Ali Jinnah University.