Banjir di Lampung Telan Korban Jiwa, Ratusan Rumah Hancur
Tetapi, keduanya terpental lantaran pertemuan dua arus sungai yang tidak jauh dari rumah Amir.
’’Saya lompat untuk menolong adik saya yang butuh bantuan. Setelah berhasil meraih adik saya, saya dan dia terpental karena deburan arus dari pertemuan sungai. Tetapi, saya masih memeluk batang pisang dan adik saya sudah tidak tahu di mana,” kata Amir sambil berlinang air mata.
Amir dan Samsul hanyut sampai di sekitar Pantai Merak Belantung. Amir berhasil berenang ke pinggir pantai kawasan Tambak Biru Laut Khatulistiwa Merakbelantung sekitar pukul 07.30 WIB.
’’Saya dengar kabar kalau adik saya sudah meninggal ditemukan di Pantai Kedu sekitar pukul 02.30 WIB. Tidak ada satu pun keluarga yang memberi tahu saya. Tetapi, firasat saya memang mengatakan adik saya tidak selamat saat kami terpental,” katanya.
Kesedihan juga dirasakan pasangan suami-istri Suhanda (45) dan Ucu (38). Betapa tidak, mereka harus merelakan harta bendanya terbawa banjir bandang.
Diceritakan, saat banjir, ia dan istrinya tengah duduk santai di dalam rumah bersama lima anaknya.
’’Malam itu kan hujan deras mas, kami sekeluarga berdiam diri di dalam rumah. Tiba-tiba saja saya mendegar suara aliran sungai sangat deras. Lantas saya melihat melalui kaca jendela. Begitu saya lihat, air sungai sudah meluap tinggi sekali seperti lautan,” katanya kepada Radar Lamsel (grup Radar Lampung) kemarin.
Dia langsung mengajak anggota keluarganya keluar rumah menyelamatkan diri. Harta benda yang ada di dalam rumah nyaris bersih tersapu banjir. ’’Surat-surat penting seperti SIM, akta kelahiran, uang angsuran, dan sepeda motor juga hilang,” katanya.