Banjir di Ngawi, Petani Merugi hingga Rp 33 Miliar
jpnn.com, NGAWI - Bencana banjir yang melanda Ngawi beberapa hari terakhir menghantam sektor pertanian. Taksiran dinas pertanian (disperta) setempat, kerugian akibat banjir kali ini mencapai Rp 33,2 miliar.
Angka itu berasal total lahan padi siap panen seluas hampir 1.200 hektare di enam kecamatan yang terendam.
Kepala Disperta Ngawi Marsudi tidak menampik bahwa kerugian yang dialami para petani akibat banjir kali ini angkanya fantastis. Sebab, ketika banjir menerjang wilayah Ngawi sejak Rabu lalu (6/3) masih banyak tanaman padi usia 80-90 hari setelah tanam (HST). ‘’Hasil pendataan petugas kami di lapangan, sebagian besar belum dipanen,’’ ungkapnya.
Marsudi memerinci, luas lahan pertanian yang terdampak banjir kali ini mencapai sekitar 1.400 hektare. Dari luasan itu, 171,5 hektare di antaranya sudah semai dan tanam dengan usia padi 1-25 hari. ‘’Sisanya sudah siap dipanen, tapi keburu terendam banjir,’’ ujarnya.
BACA JUGA: Longsoran Dibersihkan, Jalur Menuju Desa Negeri Batin Lancar
Jika diasumsikan satu hektare lahan menghasilkan tujuh ton gabah basah dengan harga kisaran Rp 4.000 per kilogram, kerugian yang timbul mencapai Rp 28 juta. ‘’Itu hitungan kasarnya, dan jika semuanya tidak bisa dipanen alias puso,’’ imbuh Marsudi.
Apabila dikalikan dengan luas lahan dengan tanaman padi siap panen seluas 1.199,5 hektare, kerugian yang dialami petani mencapai puluhan miliar. Sayangnya, hanya sebagian kecil yakni sekitar 10,25 hektare yang telah diasuransikan.
Itupun, kata Marsudi, klaim asuransinya hanya menggantikan biaya produksi sebesar Rp 6 juta per hektare. ‘’Juga syaratnya kondisi tanaman dinyatakan rusak atau puso,’’ sebutnya.