Banjir Kepung Jateng, 35 Orang Tewas, 25 Hilang
”Mereka sedang lewat saat kejadian. Mereka hendak menyingkirkan batu dan tanah akibat longsor yang mengganggu laju kendaraan mereka. Tiba-tiba terjadi longsor besar yang menimbun kendaraan dan orang di jalan tersebut,” papar pengajar Universitas Pertahanan itu.
Selain di Purworejo, beberapa daerah lain di Jawa tengah juga mengalami nasib yang sama. Kekhusukan ramadhan harus terluka karena dua bencana hidrologi ini. Di Banjarnegara, bencana ini telah merenggut nyawa 6 orang. Sedangkan, 3 orang lainnya luka-luka.
Sementara, di Kebumen, bencana menewaskan 7 warga, Sukoharjo 1 orang, Rembang 1 orang dan Banyumas 1 orang. ”Sebagian besar korban meninggal dan hilang akibat longsor yaitu dari 35 tewas adalah 31 tewas akibat longsor dan 4 tewas akibat hanyut banjir,” tutur Sutopo.
Hingga saat ini, pencarian korban hilang, evakuasi dan penanganan darurat banjir dan longsor terus dilakukan. BPBD masih terus menginventaris kerugian yang ditimbulkan. Dari perkiraan sementara, kerugian mencapai miliaran rupiah.
”Alhamdulillah, sebagian besar banjir telah surut. Sedangkan, pencarian korban tertimbun longsor masih dilakukan serempak di beberapa titik longsor,” ujarnya.
Diakui Sutopo, proses pencarian korban hilang cukup sulit. Sebab, akses menuju lokasi sulit dijangkau, khususnya jalan menuju Desa Dorowati. Sehingga, alat berat tidak dapat digunakan untuk mencari korban tertimbun longsor. ”Pencarian akhirnya dilakukan dengan manual oleh ratusan personil SAR gabungan,” ungkapnya.
Saat ini, Kepala BNPB Willem Rampangilei tengah menujoPurworejo untuk memimpin langsung proses penanganan bencana. Tim Reaksi Cepat BNPB telah berada di lokasi mendampingi BPBD dalam penanganan darurat. BNPB mengerahkan pesawat tanpa awak untuk melakukan kajian cepat dampak bencana.
Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada. Pasalnya, hujan lebat diperkirakan masih berpotensi turun hingga 20 Juni 2016.