Bank Mandiri Optimistis Ada Ruang Salurkan Kredit di Tengah Proyeksi Perlambatan Ekonomi
jpnn.com, JAKARTA - Bank Mandiri optimistis masih terdapat ruang untuk menyalurkan kredit di tengah proyeksi perlambatan ekonomi.
Menurut Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi, proyeksi perlambatan ekonomi Indonesia memang menjadi tantangan bagi bank dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Meski demikian, Penyaluran kredit diperlukan karena dapat menjadi salah satu bentuk stimulus guna kembali menggeliatkan kembali kondisi perekonomian nasional.
“Kami meyakini bahwa masih terdapat ruang untuk menyalurkan kredit bagi debitur eksisting atau para calon nasabah di tengah perlambatan ekonomi, tentunya dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Pembiayaan yang terukur dan prudent akan membantu menggerakan perekonomian Indonesia untuk kembali ke tren positif,” ujar Hery.
Berdasarkan analisa Office of Chief Economist Bank Mandiri, kinerja industri perbankan di triwulan III tahun ini masih relatif kuat di tengah pandemi. Hal ini dikarenakan berbagai stimulus dari Pemerintah dan Otoritas Moneter mampu menjaga kondisi likuiditas dan kualitas aset perbankan.
Selain itu, Bank Mandiri melihat masih terdapat sektor-sektor yang prospektif untuk menjaga bisnis, seperti seperti FMCG, Farmasi, Healthcare dan telekomunikasi. Ditambah lagi, pada Kuartal III ini, khususnya bulan Juli dan Agustus, berbagai indikator telah menunjukan perbaikan kegiatan ekonomi dibandingkan bulan April dan Mei 2020.
Sebagai contoh, penjualan kendaraan bermotor pada bulan Agustus 2020 sudah mencapai 37.291 unit setelah mencapai titik terendah yaitu 3.551 unit pada bulan Mei 2020. Meskipun demikian, angka penjualan bulan Agustus 2020 masih jauh dibawah angka rata-rata penjualan tahunan 2019 yang mencapai 85.577 unit.
Tingkat hunian kamar hotel mulai membaik pada Juli 2020 menjadi 28,7% walaupun masih jauh dibawah sebelum periode Covid-19 yaitu 56,7% pada Juli 2020.
Sementara itu, harga-harga komoditas penting bagi perekonomian Indonesia selama pandemi Covid-19 masih tertekan. Sampai dengan 20 September 2019, harga minyak mentah turun sebesar 35% YTD, atau berada di sekitar USD 43 per barrel; dan harga batubara pun turun sebesar 23% atau berada di tingkat USD52 per ton.