Bantah Pupuk Bersubsidi Langka di Kalbar
Menurut Hazairin, umumnya petani menginginkan pembelian pupuk bersubsidi seperti transaksi di pasar. Pada saat perlu, mereka dapat langsung membeli dan pupuknya langsung tersedia.
“Pupuk bersubsidi yang sangat besar. Dari harga Rp4.600, petani hanya bayar Rp1.600. Ini yang menjadi sistem distribusinya yang menjadi persoalan,” katanya.
Hazairin mengatakan seandainya bisa, lebih baik pola pendistribusian pupuk bersubsidi diubah. Jika tidak diubah, kondisi yang terjadi tetap saja (seperti terjadi kelangkaan).
Ia juga mengusulkan agar setiap kios boleh memiliki stok pupuk bersubsid sebesat 25 persen. Jika ada stok, petani yang datang mengisi RDKK dan bisa langsung membelinya.
“Sekarang ini kan tidak boleh. Begitu datang habis,” kata Hazairin, kemudian menambahkan hal tersebut pernah dibahas bersama Ketua Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida. (uni/jpnn)