Banyuwangi Gelar Festival Angklung Caruk Pelajar
Lantas apa yang istimewa dari Festival Angklung Caruk Pelajar 2017? Warna apa yang menjadi pembeda dengan kesenian angklung pada umumnya?
“Angklung Banyuwangi itu khas, dan tidak bisa ditiru daerah lain. Nanti akan ada dua grup musik angklung dalam satu panggung. Dua-duanya adu piawai dan adu kompak dalam memainkan alat musik tradisional Banyuwangi. Biasanya kalau sudah perform, penonton membludak,” timpal Kadispar Banyuwangi, MY Bramuda.
Kesenian khas Banyuwangi ini memang punya warna beda. Angklung caruk menggunakan rancakan dimana tempat dudukan dan rancakan menjadi satu. Motifnya? Sangat tak biasa.
Ada motif ular naga di atas angklungnya yang manampakkan keindahan dan kegagahannya. “Angklung juga ditambahkan dengan kethuk, gong, slenthem, saron dan kluncing. Jadi ramai,” sambung Bramuda.
Yang membuat heboh, satu kelompok angklung caruk yang beranggotakan 12-25 orang beradu kreativitas dengan kelompok lainnya. Keduanya saling beradu tebak gendhing dan kepandaian memainkan alat music berlaras pelog dengan iringan sejumlah tembang Banyuwangian.
Setiap kelompok akan membawakan “larasan” yang menjadi andalan dengan seorang penari pria yang disebut Badut. Setelah selesai dan sesuai kesepakatan, maka kesempatan kelompok lain untuk melakukan hal yang sama.
Pada sesi berikutnya adalah Adol Gending, yaitu saling tebak lagu misalnya kelompok A membawakan ketukan sebuah lagu dan ketukan lagu tersebut ditebak oleh kelompok B. Apabila kelompok B sudah tahu, maka diberi kesempatan memotong dengan cara “ngosek” atau memukul gamelan secara tidak beraturan.
Jika hal itu sudak terjadi, maka kelompok A harus menghentikan intrumennya dan memberikan kesempatan kepada kelompok B untuk meneruskan instrumennya. J