Beda Agama, Pasangan Indonesia di Adelaide Rayakan 50 Tahun Pernikahan
"Cari kerja gampang sekali, kerja apa saja tersedia asal mau. Ketika tiba pertama kali di Sydney saya dapat 3 pekerjaan," katanya.
Sebelum ke Australia, Suharto sudah mengajukan lamaran ke sekitar 10-15 perusahaan di Australia dan mendapat jawaban diterima di sebuah perusahaan pembuat biskuit Arnotts yang juga memiliki pabrik di Adelaide.
Banyak terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan
Bila perbedaan agama dalam kehidupan kadang menimbulkan masalah, bagi keluarga Suharto boleh disebut membuat rumah mereka menjadi tempat dimana masyarakat Indonesia dari berbagai latar belakang agama dan etnis sering berkumpul.
Ini salah satunya disebabkan karena selain bekerja, Suharto juga banyak terlibat dalam organisasi kemasyarakatan yang ada di Adelaide.
Salah satunya adalah AIA (Australian Indonesia Association), perkumpulan persahabatan warga Indonesia dan Australia.
"Sejak kecil saya sudah terbiasa melihat ayah saya bergaul dengan banyak orang. Rumah kami di Madiun 24 jam terbuka untuk siapa saja. Ayah saya dulu adalah Ketua PNI (Partai Nasional Indonesia) Karesidenan Madiun. Dia juga banyak membina tim olahraga voili, bulutangkis dan yang lain," kata Suharto.
Dengan kebiasaan itu, Suharto juga memberlakukan hal serupa bagi rumahnya di Adelaide, yang selalu menyelenggarakan Open House dua tahun sekali, Lebaran dan Natal.
"Saya ketularan ayah saya. Pernah saya kedatangan seorang anak dari Kalimantan yang kesasar mau ke Sydney malah sampai ke Adelaide. Dia menginap di rumah dan besoknya saya antar lagi ke bandara," kata Suharto.